Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih
sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih
bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium,
dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set
nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi
lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi,
atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu.
Seni adalah suatu hal yang merujuk kepada
keindahan (estetika). Menurut The Liang Gie (1997: 17), keindahan atau
indah adalah sebuah kata yang sepadan dengan kata beauty dalam Bahasa Inggris (dalam bahasa Perancis “beau”, bahasa Italia dan Spanyol, “bello”). Dilihat dari sudut pandang kebahasaan, kata indah (beauty atau beau atau bello) adalah kata yang merupakan turunan dari kata Bellum, yang akar katanya adalah Bonum, dan memiliki arti kebaikan. Kata bellum atau bonum adalah
dua kata dalam Bahasa Latin. Berdasarkan asal kata ini, dapat kita
simpulkan bahwa keindahan sangat berkaitan dengan nilai-nilai yang
dikenal sebagai sesuatu yang baik atau dalam term Islam dikenal dengan
istilah ‘ma’ruf’.[1] Kata ma’ruf adalah kata yang memiliki arti dikenal, terkemuka, makbul, yang diakui. Dalam Bahasa Inggris, ma’ruf diartikan sebagai kindness atau kebaikan.
Menurut The Liang Gie (1997: 10),
berdasarkan teori umum yang berkembang tentang keindahan, dapat
dikategorikan kepada tiga besar, yakni:
- Hal yang indah dan baik; keindahan sebagai suatu jenis keserasian atau ketertiban;
- Keindahan dan kebenaran; hal yang indah sebagai sebuah sasaran perenungan;
- Unsur-unsur keindahan; kesatuan, perimbangan, kejelasan;
Sebagai bahan referensi, berikut ini beberapa definisi tentang keindahan dalam arti istilah.[2]
- Keindahan adalah sifat dari sesuatu benda yang memberi kita kesenangan yang tidak berkepentingan yang bisa kita memperolehnya semata-mata dari memikirkan atau melihat benda individual itu sebagaimana adanya (Mortimer Adler)
- Thomas Aquinas merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang menyenangkan ketika dilihat.
- Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga adalah menyenangkan.
- Charles J. Bushnell memberikan definisi keindakan sebagai kualitas yang mendatangkan penghargaan yang mendalam tentang berbagai nilai atau ideal yang membangkitkan semangat.
- Michelangelo, seniman besar berpendapat sederhana, bahwa keindahan adalah penyingkiran hal-hal yang berlebihan. (The Liang Gie, 1997: 13-14)
Monroe Beardsley, seorang ahli
estetika modern di abad ke-20, memaparkan bahwa terdapat tiga unsur yang
menjadi sifat dasar membuat suatu yang baik dan indah dalam seni. Pertama adalah Kesatuan (Unity),
di mana suatu karya estetika (seni) tersusun secara baik dalam hal isi,
keteraturan dan keserasian dari bentuk, warna, corak, komposisi, dan
sebagainya. Yang Kedua adalah Kerumitan (Complexity),
di mana menegaskan bahwa suatu karya seni bukanlah karya yang
sederhana, karena pasti di dalamnya terdapat suatu pertentangan dari
masing-masing unsur dengan berbagai perbedaan yang sangat halus. Dan
yang terakhir adalah Kesungguhan (Intensity),
yang berarti bahwa suatu karya seni adalah sesuatu yang memiliki
kualitas tertentu yang menonjol dan bukan sebagai karya yang ksosng.
Dibalik suatu karya seni, terdapat bongkaran makna yang sangat dalam dan
luas (The Liang Gie, 1997: 13-14).
Seni adalah suatu produk budaya dari
sebuah peradaban manusia, sebuah wajah dari suatu kebudayaan yang
diciptakan oleh suatu bangsa atau sekelompok masyarakat. Secara
teoritis, seni atau kesenian dapat didefinisikan sebaagai manifestasi
budaya (priksa atau pikiran dan rasa; karsa atau kemauan; karya
atau hasil dari perbuatan) manusia yang memenuhi syarat-syarat estetik
(Anshari, 1986: 116). Hal ini disebabkan oleh karena ditopang oleh
serangkaian nilai-nilai yang ditinggikan seperti agama atau norma-norma
lain.[3]
Koentjaraningrat menjelaskan bahwa dalam
budaya terdapat tujuh unsur yang dapat ditemukan pada semua bangsa di
dunia ini (dalam kehidupan manusia), yaitu:
- Bahasa
- Sistem Pengetahuan
- Organisasi Sosial
- Sistem peralatan hidup dan teknologi
- Sistem mata pencaharian hidup
- Sistem Religi
- Kesenian[4]
Lebih jelas Koentjaraningrat menjelaskan:
…suatu unsur unuviresal kesenian
dapat berwujud gagasan-gagasan, ciptaan-ciptaan, pikiran,
ceritera-ceritera, dan syair-syair yang idnah. Naumn, kesenian juga
dapat berwujud tindakan-tindakan interaksi berpola antara seniman
pencipta, seniman penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton,
dan konsumen hasil kesenian; tetapi kecuali itu semua kesenian juga
berupa benda-benda indah, candi, kain tenun yang indah, benda-benda
kerajinan dan sebagainya.[5]
Berkaitan dengan penjelasan
Koentjaraningrat di atas, oleh Fakhruroji memaparkan bahwa secara
praktis, seni ebagai sebuah kebudayaan yang diciptakan manusia
dapat dibedakan atas:
- Seni sastra, seni dengan alat bahasa;
- Seni musik, seni dengan alat bunyi atau suara;
- Seni tari, seni dengan alat gerakan;
- Seni rupa, seni dengan alat garis, bentuk, warna dan lain sebagainya; dan
- Seni drama atau teater, seni dengan alat kombinasi sastra, musik, tari atau gerak dan rupa.
Fungsi-fungsi Seni dalam kehidupan[6]
Muhammad Iqbal, pelaku seni kelahiran
Sialkot, Punjab, memberikan rambu-rambu yang menegaskan bahwa harus ada
suatu hal yang harus dicapai dalam berkesenian atau memaknai seni dalam
kehidupan. Pertama, seni harus menciptakan kerinduan akan hidup yang abadi, karena tujuan utama dari seni adalah hidup itu sendiri.
Seni dianggap sebagai saran yang penting bagi prestasi kehidupan
sehingga ia harus memelihara ladang kehidupan agar tetap hijau dan
memberikan petunjuk kehidupan bagi manusia.
Yang kedua adalah pembinaan manusia.
Seni harus bisa memberikan dorongan dan asupan serta mampu memompa rasa
keberanian dan kejantanan bagi orang-orang (audiens) yang bermentalkan
‘ayam’ dan memberikan semangat kepada setiap manusia serta menciptakan
kerinduan akan tujuan hidup yang baru dan ideal (inspiratif). Seni harus
memiliki tujuan etis dan instruksional. Seni memiliki daya magis dan harus dimanfaatkan untuk menciptakan pribadi manusia yang baik.
Contohnya adalah musik, harus dapat menimbulkan semangat juang dan
mendorong keberanian serta mengilhami perbuatan yang gagah berani, atau
membuat manusia berlaku sederhana, teratur, adil, dan menghormati Tuhan
Yang Mahakuasa.
Ketiga, seni harus mampu membuat kemajuan social.
Seniman dapat dianggap sebagai orang agung dan menjadi panutan. Menurut
Muhammad Iqbal, seorang seniman dengan kekuatan ‘kenabian’-nya mampu
meninggikan derajat suatu bangsa dan mengatarkannya ke arah kebesaran
demi mencapai kebesaran yang lebih tinggi lagi. Apalah arti suatu karya seni jika tidak dapat membangkitkan badai emosional dalam masyarakat? (Syarif, 1993: 128)
Agus Purwontor, dalam tulisannya “Peranan
Seni dalam Kehidupan Manusia” juga menjelaskan tentang seni sebagai
kebutuhan hidup. Dalam istilah lain dikatakan seni sebagai applied art
(seni terpakai)―seni yang digunakan―seni terapan. Dalam hal ini
diterangkan bahwa seni itu digunakan untuk tujuan dan maksud tertentu
terhada benda atau ide, menurut kegunaannya, tetapi tidak melepaskan
segi keindahannya. Di samping memiliki keindahan wujud, seni juga
memiliki nilai kegunaan dari wujud sendiri. Misalnya,
jambangan-jambangan atau guci dari Tiongkok Kuno, wujud serta
permukaannya dibentuk dan dihias demikian indah, tanpa menghilangkan
fungsi jambangan itu. Manusia ingin melepaskan dan mencurahkan keinginan
keindahan ke seluruh hidupnya.
No comments:
Post a Comment